Mbah Muntaha dan Pintu Makam Nabi
KH. Muntaha Al-hafidz yang akrab di panggil Mbah Muntaha adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Asyariyah Kalibeber Wonosobo. Mbah Muntaha Lahir di Kalibeber pada 19 juli 1912 dan wafat pada 29 Desember 2004, seiring dengan terjadinya tsunami di Aceh dan sekitarnya yang merenggut banyak nyawa manusia. Mbah Muntaha adalah putera dari KH. Asy'ari (wafat pada 1949) bin KH. abdurrohim bin KH. muntaha Nama asli KH. Muntaha ini adalah Raden Hadiwijaya. Kyai Muntaha ini (kakek buyut dari mbah Muntaha) adalah seorang pasukan perang Pangeran Diponegoro yang jika ditelusuri
silsilahnya sampai kepada Hamangkurat IV. Banyak tokoh pemimpin
Negeri ini yang menyempatkan datang ke desa Kalibeber yang terletak di
pegunungan Dieng untuk sowan Mbah Muntaha. Di Antara mereka misalnya, KH.
Abdurrahman Wahid, Wiranto, dan Akbar Tnjung. Mbah Muntaha adalah pendiri
Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Wonosobo yang pada waktu berdirinya memiliki 3
Fakultas, yaitu Tarbiyah, Dakwah, dan Syari’ah. Atas prakarsa Mbah Muntaha, IIQ
sekarang telah berubah nama menjadi Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ)
Wonosobo yang memiliki Fakultas- Fakultas umum.Sejak IIQ di dirikan (1988) sampai
tahun 2001, KH. Muntaha menjabat sebagai rektor IIQ Wonosobo. Begitulah Kyai
Muntaha adalah seorang kyai pesantren yang memiliki komitmen tinggi terhadap
pendidikan Al qur’an. Dan di sisi lain, masyarakat percaya bahwa beliau
memiliki beberapa Karomah, termasuk kisah kisah yang Khoariqul ‘adat.
Kisah aneh ini berikut dituturkan oleh KH. Habibullah Idris yang
menemani KH. Muntaha Al-hafidz ketika dia berkunjung ke beberapa negara di
Timur Tengah , yakni Arab Saudi, Iraq, Iran, Syiria, Turki, mesir, dan Abu
dha-bi
Malam hari setelah sholat isya. Di madinah, selepas melepas lelah dan
istirahat di pemondokan, KH. Muntaha tertidur. Selepas tidur ia bangun malam. Jam
dinding menunjukkan sekitar pukul 23.00 waktu setempat. KH. Habibullah
menuturkan sehabis bangun tidur malam itu, KH. Muntaha mengambil air wudlu dan
bergegas pergi menuju keluar. Tentu saja Pak Habib mengikuti kemana Mbah Muntaha
akan pergi. Apalagi dia pergi malam hari.“ Mau pergi kemana Mbah ?”“menuju makam Rasullah” jawab Mbah
Mun singkat.Mengetahui Mbah Muntaha akan pergi
ke makam Nabi Muhammad saw. Pak Habib bermaksud mencegah. Setiap orang tahu
bahwa makam Nabi Muhammad yang terletak di masjid Nabawi itu jika malam hari
senantiasa dikunci dan dijaga oleh petugas keamanan yang selalu menjaga dengan
tegas.Mbah
Muntaha tetap saja pergi malam itu menuju Makam. Bahkan, seperti duko
(jawa halus marah) terhadap pak habib
yang mencegahnya. Akhirnya, pak habib pun mengikuti di belakang Mbah Muntaha.“Bagaimana
akan menuju makam Nabi malam malam seperti ini? Pintunya pasti trekunci dan di
jaga petugas yang tidak sega aegan memukul dengan pentungan di tangannya,”pikir
Pak Habib dalam hati.Akan
tetapi ditepiskannya keinginan untuk mencegah mbah mun. Dan Pak Habib terus
mengikuti dari belakang Mbah Mun. Ternyata, Mbah menuju ke salah satu mkam
Nabi. Yang mengherankan, pintu Makam Nabi tersebut ternyata kini terbuka lebar
. tidak ada yang menjaganya. Padahal sungguh sesuatu hal yang mustahil apabila
pintu itu terbuka lebar, apalagi tidak terjaga oleh petugas. Dalam ketakjuban
Pak Habib mengikuti Mbah Muntaha menuju makam Nabi.Lama
Mbah Mun terdiam. Kemudian, Pak Habib menyaksika Mbah Muntaha menangis di hadapan
makam Nabi. Barangkali Mbah Muntaha sedang berhadapan dengan Nabi yang
sebenarnya?Dan di situ Mbah Mun menjalankan sholat malam hingga waktu Shubuh
menjelang.Ya,
mengapa pintu makam Nabi yang biasanya selalu terkunci dan di jaga pada malam
hari, bisa terbuka lebar untuk Mbah Muntaha? Wallahu a’lam.
Maaf, diparagraf awal seolah mbah Mun wafat di Aceh ketika tsunami.
BalasHapusMkasudnya Wafatnya Mbah Munt itu hampir berbarengan dengan tsunami aceh, itu tanda2 al kalo seorang Wali Besar Berpulang Ruh Ke Hadirat Allah
HapusKlo raden trenggono kusumo ,yg makamnya dimuneng candiroto temanggung,apakah admin tau sampai siapakah beliau silsilahnya
BalasHapusItu petilasan aja. Bukan makam
Hapus